Hari Ketiga di Singapura, Siswa Smamda Berguru Akuakultur di James Cook University

Smamda – Hari ketiga studi ekskursi ke Singapura, siswa-siswi kelas 11 Program Internasional SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya mengunjungi James Cook University pada Rabu (28/2/2024) lalu. Ini merupakan destinasi kunjungan di kampus terakhir.

Mereka sebelumnya melakukan shalat Dhuhur di Masjid Wak Tanjung yang terletak di 589 Sims Ave.

Universitas yang terletak di 149 Sims Dr, Singapura387380, ini merupakan cabang dari Universitas James Cook yang berbasis di Townsville, Australia.

Regional Manager, Recruitment and Partnership Andrew Lim sangat senang menerima kunjungan siswa Smamda. Ucapan “A warm welcome to Teachers and Students from SMA Muhammadiyah 2 Surabaya to the Singapore Campus of James Cook University” terpampang menyambut kedatangan rombongan Smamda.

SMAMDA Surabaya
Begitu datang, anak-anak langsung diarahkan masuk ke auditorium. Dengan suasana ruangan yang dingin dan tempat duduk yang nyaman, anak-anak bersemangat untuk menerima penjelasan tentang James Cook University dari Sylvia Hercahyani, Assistant Manager of Recruitment and Partnership.

“James Cook Universities Singapore (JCUS) didirikan tahun 2003, berlokasi di Upper Thomson Road, Singapura. JCUS adalah kampus James Cook University pertama di Asia dan menawarkan berbagai program, dari persiapan sarjana, sarjana dan pascasarjana. Jurusan yang ditawarkan di program sarjana universitas ini adalah teknologi informasi, psikologi, dan bisnis. Program pascasarjana memiliki jurusan administrasi bisnis (marketing, manajemen sumber daya manusia, keuangan dan akuntansi), pendidikan, bimbingan dan konseling, IT, turisme, dan manajemen perhotelan, dan master/doktor psikologi,” jelas Sylvia.

Selanjutnya, anak-anak diarahkan untuk berkumpul bersama teman-teman yang satu bidang pembelajaran. Di antaranya bidang akuakultur, bisnis, dan psikologi.

“Saya tertarik banget belajar psikologi di JCU. Semoga di sini nanti juga diajarkan tentang psikologi forensik. Ilmu tersebut memang ada di Indonesia, tetapi tidak terlalu umum. Jadi, semoga saya bisa mendapatkannya di sini,” ungkap Hasya Azhara dari kelas 11.1.

Siswi berpenampilan kalem ini ternyata sangat tertarik pada bidang kriminal, forensik, dan hukum.

Keinginan yang sama juga diungkap oleh Romzy yang kali ini mendapat bidang pelatihan bisnis.

“Saya pengin menjadi bussiness men yang sukses di masa depan. Tentunya tidak terbatas pada bisnis saja yang harus saya kuasai, tetapi juga mental-mental bisnis apa saja yang harus saya pelajari. Pebisnis yang sukses itu bisa dinilai jika mampu merintis bisnis dari bawah dan mengembangkannya dalam waktu yang lama,” terang  Romzy dari kelas 11.2.

Siswa pendiam yang suka tersenyum ini memang banyak menorehkan prestasi di bidang business plan.

Bidang akuakultur yang langsung dibimbing oleh Dr Susan Gibson-Kueh adalah mata kuliah unggulan di JCU. Ke-20 siswa-siswi yang sudah ditunjuk segera memasuki laboratorium. Setelah menerima penjelasan singkat dari Dr Susan Gibson-Kueh tentang tugas mereka, siswa-siswi segera menggunakan peralatan laboratorium, mulai memakai jas laboratorium sekali pakai, sarung tangan sekali pakai, dan kacamata.

Suasana di laboratorium James Cook University. (Era Restiani)

Secara singkat langkah kerja mereka adalah sebagai berikut: pertama-tama mereka mempersiapkan peralatan dan bahan terlebih dahulu, yakni counter, mikroskop, pipet tetes, udang brine, dan iodine. Selanjutnya mengambil benih udang brine dari akuarium menggunakan pipet tetes sebanyak 30 ml untuk kemudian diteteskan secara merata pada piringan kaca melengkung yang berbentuk huruf S.

Kemudian siswa-siswi meneteskan iodine ke benih udang brine yang sudah ada di piringan berbentuk huruf S. Lalu, mereka menghitung benih udang brine yang telah menetas dengan melihatnya melalui mikroskop dan counter. Langkah terakhir, siswa-siswi mencatat jumlah udang yang menetas di papan laporan.

Tujuan dari percobaan ini, seperti dijelaskan Dr Susan Gibson-Kueh, adalah untuk mengetahui jumlah kadar garam yang terbaik untuk pembudidayaan udang brine. “Dr Susan sangat helpful dan penjelasannya pun mudah dipahami karena menurut saya pelafalannya sangat jelas,” ungkap Saefullah Yusuf Hekmanda (11.4) di akhir percobaan.

Hal yang senada diungkapkan oleh Aliza Khalila dari kelas 11.3. “Awalnya saya kurang memahami penjelasan Dr Susan mungkin karena saya awalnya kurang fokus sebab saya takjub sama kondisi laboratorium yang super bersih, lengkap, dan adem,” kisahnya.

Aliza menerangkan, awalnya dirinya kurang memahami penjelasan dosen karena aksennya berbeda dari yang biasa dia dengar. Namun pelan-pelan, ia bisa mengerti.

Ia terbantu sekali sebab Dr Susan dan asisten rajin menghampiri dan menanyakan sudah sampai pada tahap yang mana. Dr Susan pun bersedia menjelaskan kembali ke dia dan teman-teman dengan perlahan jika mereka belum jelas atau memiliki pertanyaan.

Menurut Dr Susan, dewasa ini ruang lingkup yang dipelajari di bidang akuakultur tidak hanya terbatas pada pembiakan, pemeliharaan, dan pemanenan ikan. Tetapi juga dalam bidang vaksin, nutrisi, dan kualitas air yang tentu saja dapat diteliti melalui berbagai riset dan penelitian.

“Siswa-siswi Smamda sangat tertarik mempelajari materi ini dan saya pikir mereka akan banyak belajar dari kami. Begitu pun kami juga banyak belajar dari mereka dalam artian mengenali akuakultur yang ada dalam pemikiran mereka,” tutup Dr Susan Gibson-Kueh pada wawancara kali ini.

(Era Restiani/Tanti Puspitorini/AS)