Hari Ketiga Fortasi Smamda Kenalkan IPM dan HW

Hari ketiga
Ramanda Syamsu, Bunda Fina, dan Ayunda Galuh mengenalkan HW pada Fortasi Smamda Surabaya.
Smamda – Hari ketiga Forum Taaruf dan Orientasi Siswa (Fortasi) SMA Muhammadiyah 2 Surabaya dikenalkan tentang Muhammadiyah, IPM, dan Hizbul Wathan.

Acara Fortasi Smamda Surabaya lewat zoom ini didahului shalat Duha dari rumah masing-masing dilanjutkan dengan Ngaji Morning yang dipandu oleh Ustadz Muhammad Hatta Lc MHI.

Guru Bahasa Arab di SMA Muhammadiyah 2 Surabaya itu mengajarkan cara membaca tartil surah Al Baqarah 10 ayat pertama.

Setelah Ngaji Morning, acara dilanjutkan oleh Ustadz Duin Rusandi yang memandu apel persiapan Fortasi Smamda. Kurang lebih 350 peserta Fortasi mengikuti dengan baik serta sesuai peraturan dan tata tertib kegiatan, seperti menggunakan seragam, menyalakan kamera, dan lain-lain.

Setelah itu acara diisi oleh alumnus SMA Muhammadiyah 2 Surabaya angkatan 2015 sekaligus aktivis IPM, Ghazwu Fikril Haq. Dia menjelaskan tentang Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM). Ghazwu, yang menjadi aktivis IPM sejak SMP, mengenalkan IPM mulai dari latar belakang, sejarah, seputar keorganisasian, serta apa pentingnya mengikuti organisasi ini.

Menurut mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) itu, IPM dan organisasi otonom Muhammadiyah lainnya adalah sarana untuk menerapkan amar makruf nahi munkar, sesuai dengan pasal 3 AD IPM.

”Faktanya, kita sangat mudah untuk amar makruf namun sulit untuk nahi munkar. Nah, di sini kita dilatih bisa keduanya,” ujarnya.

Ghazwu menambahkan, banyak manfaat yang didapatkan ketika mengikuti IPM. Salah satunya bagaimana cara mengorganisasi suatu hal serta media pengembangan diri. ”IPM melihat masing-masing anggota memiliki potensi masing-masing, yang nanti menjadi satu kesatuan yang bekerja sama dan menghasilkan manfaat,” tambahnya.

Setelah pemaparan materi IPM, sesi selanjutnya adalah perkenalan tentang kepanduan Muhammadiyah Hizbul Wathan (HW). Materi ini dipandu oleh tiga pelatih, yaitu Oktafina Darmaini Hadi (Bunda Fina), Muhammad Sjamsu Hudaja (Ramanda Ustadz Syamsu), dan Galuh Purwaningsih (Ayunda Galuh).

”Hizbul Wathan adalah pramukanya Muhammadiyah, namun lahir jauh sebelum lahirnya Pramuka Indonesia. Ada yang tahu?” tanya Bunda Fina mengawali materi. Salah satu peserta berhasil menjawab dengan tepat, yaitu tahun 1918.

Sama seperti pemaparan IPM sebelumnya, ketiga pelatih HW juga menjelaskan tentang sejarah, kegiatan HW, serta manfaat yang diperoleh dari kegiatan kepanduan tersebut. (*)

Penulis Muhammad Zarkasi

Author:

I Am the Admin