Jadi Rujukan, 15 Delegasi Negara Islam Asia Selatan Belajar ke SMA Muhammadiyah 2 Surabaya

Smamda –  SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya menjadi satu-satunya sekolah di Jawa Timur yang terpilih dikunjungi Muslim Religious Leaders. Pasalnya Smamda dinilai menjadi sekolah terbaik di Indonesia. Kunjungan ini juga dalam rangka pelatihan terkait bagaimana kerja sama Pemerintah, ulama, tokoh dan organisasi Islam dalam bidang KB, Kespro, stunting, pembangunan keluarga  dan juga pencegahan perkawinan dini.

Bertajuk SSTC Offline Training on Strategic Partnership Between Government and Muslim Religious Leaders in Reproductive Health, Family Planing, Prevention of Child Marriage and Reducing Stunting, kunjungan ini digelar di Tower Smamda Surabaya pada Jumat (28/7). Ada 15 orang dari lima negara yang berkunjung siang itu, yaitu Negara Malaysia, Negara Myanmar, Negara Nepal, Negara Burundi dan Negara Euthopia.

“Kenapa memilih Smamda Surabaya? Karena Smamda Surabaya menjadi SMA terbaik, favorit yang mendapatkan banyak penghargaan nasional maupun internasional,” ungkap Kepala Pusat Pelatihan dan Kerja Sama Internasional BKKBN, Dr Ukik Kusuma Kurniawan.

Kepala Smamda Surabaya Ustaz Astajab MM mengaku senang karena menjadi jujugan lima negara. Dia juga bersyukur karena mendapat perhatian serius Pemerintah terkait masalah stunting dan perkawinan dini. “Artinya Pemerintah serius mengawal generasi kita,” ujarnya.

Tentunya Smamda menyambut baik dan bekerjasama dengan Pemerintah untuk mengantarkan generasi bangsa menjadi generasi terbaik. “Karena kedepan yang memimpin bangsa kita adalah anak-anak remaja kita. Jadi anak-anak harus kita siapkan. Gizinya harus baik, kesehatannya, pikirannya harus cerdas. Maka kedepan Indonesia menjadi negara yang lebih baik,” ungkapnya.

Perwakilan delegasi lima Negara, Dr. Ndagijimana Protais dari Negara Burundi menyampaikan dirinya merasa sangat beruntung karena bisa berkesempatan untuk datang ke Indonesia dan belajar akan program KB yang sangat berhasil dilakukan di Indonesia.

“Kami sangat beruntung karena bisa belajar bagaimana para pemuka agama Islam dan seluruh masyarakat Islam di Indonesia ini bisa menjalankan program KB. Sedangkan di negara kami, Burundi selalu menjadi bahan perdebatan antar pemuka agama,” jelas Dr Ndagijimana yang berasal dari Burundian Muslims Community (COMIBU).

Ndagijimana menambahkan tidak hanya program KB yang sukses, saat ini Pemerintah Indonesia juga kembali sukses melakukan penurunan angka stunting dan pernikahan anak. Sedang dua masalah ini , masih menjadi permasalahan yang terus dihadapi oleh Pemerintah Burundi.

“Selama di Surabaya, kami belajar banyak dan tentunya akan kami adopsi agar permasalahan – permasalahan yang selama ini di Burundi bisa diatasi dan Burundi bisa seperti Indonesia yang sukses dalam program KB, penurunan stunting dan pernikahan anak,” tandasnya.