SMAMDA – Maurice Anantatoer Akbar, guru PJOK SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya, sedang diliputi perasaan senang. Senin lalu (13/6/2022) Maurice dipastikan kelulusannya dalam kursus kepelatihan sepakbola lisensi D PSSI.
Kegiatan kursus kepelatihan sepakbola tersebut diselenggarakan atas kerja sama antara Hizbul Wathan FC dan PSSI, yang digelar di Gelora UMSIDA Trawas selama satu pekan, yaitu sejak 6 Juni hingga 13 Juni 2022.
Diundang sebagai instruktur utama, Coach Joko ‘Gethuk’ Susilo, mantan pemain timnas Indonesia, dan Coach David Agus, dosen Universitas Negeri Surabaya.
“Banyak ilmu baru yang saya pelajari, terutama tentang pembinaan sepakbola akar rumput di jenjang usia dini,” jelas Maurice.
Sebagai mantan atlet basket Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dan sekarang menjadi pelatih basket, menjalani kursus pelatih sepakbola menjadi pengalaman baru dan berharga. “Selama 7 hari saya belajar untuk mencintai sepakbola, dan sekarang saya malah ingin memajukan sepakbola Indonesia,” terang Maurice.
Pencinta Basket di Antara Pelatih Sepakbola
Selama menjalani kursus, Maurice juga mendapatkan pengalaman yang unik. Di antaranya, hanya dia yang berlatarbelakang dari dunia basket, sedangkan peserta yang lain memang berasal dari pelatih SSB.
“Di awal saya angkat tangan lalu menyampaikan ‘Saya mohon maaf kalau nanti banyak bertanya selama kursus’, tapi Coach Joko Susilo justru mengapresiasi kejujuran saya,” ungkap guru PJOK Smamda Surabaya itu.
Tidak hanya belajar teknik, dalam kegiatan tersebut Maurice juga belajar tentang kurikulum sepakbola Indonesia. Yaitu Filanesia.
“Filanesia berfokus pada pergerakan bola secara progresif ke depan. Tidak hanya menyerang, saat bertahan pun pemain dituntut untuk cepat merebut, bukan menunggu,” jelas pria yang juga pernah menulis buku ‘Jadi, Boleh Nggak Aku Panggil Sayang?’
Pelajaran tentang filosofi itulah yang membuat Maurice seketika ‘jatuh cinta’ terhadap sepakbola Indonesia. Bahkan Maurice merasa bertanggungjawab untuk ikut serta berperan memajukan sepakbola Indonesia.
“Ternyata pembinaan sepakbola kita banyak yang perlu diluruskan dan dibenahi, terutama pelajaran dasar-dasar sepakbola di akar rumput. Kalau dasarnya tidak ditanamkan, susah untuk mengubahnya saat di level usia atas atau senior,” paparnya.
Tidak Hanya Fokus di SSB
Bagi Maurice, pembinaan sepakbola tidak hanya dilimpahkan pada Sekolah Sepak Bola (SSB). Sekolahpun harus mewadahi selama ada calon atlit yang potensial.
“Di dalam sekolah, sepakbola jangan hanya sebagai penyaluran hobi, tapi benar-benar dibina agar bersikap kompetitif dan berprestasi. Hal ini juga berlaku untuk semua bidang olahraga,” terang Maurice.
Pria yang juga menjadi motivator tersebut berterimakasih kepada PSSI dan Hizbul Wathan FC yang telah menyelenggarakan kegiatan kursus kepelatihan ini. “Komitmen Hizbul Wathan FC selaras dengan kurikulum Filanesia Indonesia,” puji Maurice. (Muhammad Zarkasi/AS)
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.