Ada yang spesial pada pelaksanaan ujian praktik manasik haji siswa kelas 12 SMA Muhammadiyah 2 Surabaya (Smamda) yang digelar di Asrama haji Sukolilo, Surabaya, Sabtu (16/02/2019).
Ada dua siswa asing dan satu guru asing mengikuti kegiatan ini. Mereka adalah Tais Suchara Staloch dari Brazil, Theodor Frandsen Schonning dari Denmark, dan guru Jepang Yura Shimizu.
Dari ketiga warga asing yang ikut hadir, Tais paling antusias. Ketika mengetahui akan ada praktik manasik haji, ia minta izin untuk ikut. Sejak pagi pukul 07.00 sudah berada di Asrama Haji Sukolilo. Tapi sempat nyasar di RS Haji yang membuatnya panik. Sopirnya gak paham letak Asrama Haji dan RS Haji.
”I don’t bring veil, because my host familiy is Christian, Do you prepare it for me?” tanya Tais. Ia tidak membawa jilbab karena keluarga kosnya yang sekarang beragama Kristen. Ia bertanya apa jilbab sudah disiapkan untuknya. Panitia ujian memberinya jilbab berwarna hitam untuk dipakainya.
Berbeda dengan Theo yang tinggal dengan keluarga muslim. Ia datang dengan pakaian ihram putih lengkap dengan peci. ”My father prepared it for me last night,” tuturnya. Ayah kosnya yang menyiapkan baju itu semalam setelah tahu jika Theo ikut praktik manasik haji.
Kegiatan yang diikuti 310 siswa siswi Smamda ini merupakan puncak rangkaian kegiatan ujian praktik yang sudah diselenggarakan sejak Jum’at (25/01/2019) . Kegiatan rutin ini memang wajib diikuti oleh seluruh siswa Smamda sebagai salah satu syarat kelulusan.
Seperti manasik haji yang sebenarnya, materi yang diujikan di antaranya niat umrah plus haji, talbiyah, thawaf, sai, wuquf, melempar jumrah, dan tahallul. Pelaksanaan ujian praktik ini dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama untuk putri pukul 06.30 – 09.30 sedangkan sesi putra pukul 09.30 – 12.30.
Saat kegiatan thawaf banyak hal yang ditanyakan Tais. ”How many times do muslim walk around the kakbah?” tanyanya ingin tahu. Berapa kali muslim mengelilingi kakbah. Setelah mendapat jawaban thawaf dilakukan tujuh kali, gadis berambut pirang itu kembali bertanya apa isi kakbah. ”What’s inside kakbah?” tanyanya.
”It’s empty,” jawab Sholichah, guru penilai materi thawaf. Tiba-tiba saja Tais ingin mengikuti proses thawaf. ”I want to join thawaf, is it OK?” ucapnya. Tentu saja boleh. Ia mendengarkan secara seksama arahan dari Ika, panggilan akrab Sholichah.
Pertanyaan juga dilontarkan Theo. Ia bertanya tentang kapan pelaksanaan ibadah haji dan berapa lama pelaksananya.
Yura Shimizu yang datang terlambat langsung bergabung dan menyimak. Lagi-lagi dia heran karena pelajaran agama dan praktik ibadah diajarkan di sekolah. Karena di negaranya tidak diajarkan pelajaran agama di bangku sekolah karena hukum negara melarangnya.
Usai acara Kepala Smamda Astajab SPd MM mengajak ketiganya untuk berdiskusi terkait praktik manasik haji. Mereka sangat tertarik belajar prosesi haji ini, meskipun mereka bukan muslim. Mereka sangat senang dan berterima kasih bisa belajar budaya dan agama Islam di Smamda. (Tanti Puspitorini)