
Guru Smamda Rahmat memandu Nila dan Engie, siswa asing, bersama siswa SMPN 29 saat praktik membatik. (Catur)
SMAMDA.NET – SMA Muhammadiyah 2 Surabaya (Smamda) kembali menggelar kegiatan membatik dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional, Kamis (2/10/2025).
Berbeda dengan tahun sebelumnya yang diadakan di Hotel Luminor, kali ini kegiatan membatik digelar di basement Smamda Tower, Jalan Pucang Adi 128–132 Surabaya.
Wakil Kepala Sekolah bidang Humas Rr Tanti Puspitorini SS menyampaikan bahwa Smamda selalu rutin menggelar acara membatik setiap tahun sebagai bentuk penghormatan terhadap salah satu warisan budaya bangsa.
“Setiap tahun Smamda menggelar acara membatik untuk memperingati Hari Batik Nasional. Kegiatan ini sebagai bentuk penghormatan terhadap warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan. Batik sudah menjadi identitas bangsa yang wajib dijaga,” ungkap Tanti.
Menurutnya, melalui kegiatan ini generasi muda, khususnya siswa, diajak untuk ikut melestarikan warisan budaya sekaligus menumbuhkan kebanggaan terhadap batik.
“Dengan membatik, siswa bisa merasakan langsung prosesnya, sehingga tumbuh rasa bangga memiliki batik,” imbuhnya.
Meski bertepatan dengan pelaksanaan Sumatif Tengah Semester (STS), Smamda tetap berkomitmen melestarikan batik dengan menyelenggarakan kegiatan ini. Peserta dibatasi 15 siswa dari Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PR IPM) Smamda. Selain itu, turut hadir siswa dari sekolah sekitar, yakni SMP Muhammadiyah 4, SMP Muhammadiyah 2, SMPN 29, dan SMP Maryam.
Yang menarik, kegiatan ini juga diikuti empat siswa asing peserta Inbound Student of Rotary Youth Exchange Program 2025. Mereka adalah Engie en Nana (Smamda), Aiko Omura (SMAK St Louis 1 Surabaya), Paavo Hermanni Mulari (SMA Vita Surabaya), dan Nila Robin Hernandez Camacho (SMA Trimurti Surabaya).
Smamda memang sering menjadi tujuan siswa asing untuk belajar membatik. Dalam program pertukaran pelajar, mereka biasanya membawa pulang kaos batik atau goodie bag buatan sendiri sebagai kenang-kenangan. Selain itu, Smamda juga memiliki tas ikonik bermotif Smamda Heritage bergambar KH Mas Mansur serta gedung-gedung bersejarah di Surabaya yang dijadikan souvenir bagi tamu penting.
Kegiatan membatik kali ini mengusung tema Bersama dalam Warna, Bersatu dalam Batik yang dipandu guru seni Smamda Rachmad Setyo Wibowo SPd MHum.
“Tema ini menonjolkan kebersamaan dan keberagaman Indonesia yang tercermin dalam motif dan warna batik,” jelas Rachmad.
Di awal kegiatan, Rachmad memberikan pemaparan mengenai pengertian batik, jenis motif, hingga langkah-langkah membatik. Peserta kemudian diajak mencoba menggunakan canting di kain perca sebelum mengaplikasikannya pada kain bermotif.

Antusiasme Siswa Asing
Nila Robin Hernandez Camacho mengaku sangat terkesan dengan pengalaman barunya ini.
“I was impressed with how it’s made because I didn’t know batik was made from wax, so that was very interesting!” ungkapnya.
Ia baru mengetahui bahwa batik dibuat menggunakan malam (wax). Meski merasa cukup sulit karena hasil goresannya kurang rapi, Nila tetap menganggap kegiatan ini menyenangkan.
“It was a very fun experience and I hope to try it again soon,” tambahnya.
Sementara itu, Engie en Nana juga menyampaikan kegembiraannya.
“It’s a great experience. It was my first time to do batik painting,” ucapnya.
Ia merasa senang bisa mencoba membatik untuk pertama kalinya dan berharap bisa melanjutkan hobi barunya itu di sela-sela kegiatan belajar di Smamda.
(Riyan Hermansyah/Tanti Puspitorini/AS)
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.