
Muhammad Jemadi memberika tausiah dalam Kajian Dzulhijah 1446 H.
SMA Muhammadiyah 2 Surabaya (Smamda) menggelar Kajian Dzulhijah pada Senin (26/5/2025). Bertempat di Masjid Nurul Ilmi Smamda, kajian ini diikuti oleh seluruh keluarga besar Smamda dengan mengangkat tema “Tuntunan Amaliyah Bulan Dzulhijah.”
Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surabaya Muhammad Jemadi hadir sebagai narasumber. Ia menjelaskan bahwa Bulan Dzulhijah termasuk dalam deretan bulan haram yang dimuliakan oleh Allah SWT. Dalam QS At-Taubah ayat 36 disebutkan bahwa empat bulan istimewa itu adalah Dzulkaidah, Dzulhijah, Muharam, dan Rajab.
Pada keempat bulan tersebut, umat Islam dilarang melakukan peperangan. Amalan baik yang dilakukan akan dilipatgandakan pahalanya, sebaliknya, perbuatan dosa juga akan dilipatgandakan hukumannya.
“Sepuluh hari pertama di Bulan Dzulhijah merupakan waktu yang sangat utama untuk memperbanyak kebaikan,” tuturnya.
Dalam pemaparannya, Jemadi menjelaskan empat amalan utama yang bisa dilakukan selama Bulan Dzulhijah.

Pertama, memperbanyak bacaan tahlil, takbir, dan tahmid. Dzikir ini adalah bentuk ibadah yang sangat dianjurkan, terutama pada hari Arafah.
“Allah SWT sangat menyukai amal salih yang dilakukan pada hari-hari tersebut, dan pahalanya dilipatgandakan,” ujarnya.
Selain itu, dzikir mampu meningkatkan ketakwaan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Kedua, memperbanyak puasa, terutama puasa Arafah yang dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijah. Puasa ini sangat dianjurkan karena dapat menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.
“Nabi Muhammad SAW memperbanyak puasa di bulan Dzulhijah, di antaranya puasa Senin-Kamis dan puasa Arafah,” jelas Jemadi.
Amalan ketiga adalah berkurban. Bagi yang belum mampu melaksanakan kurban, dianjurkan untuk tetap berpartisipasi melalui infak kurban.
“Keutamaan kurban di antaranya adalah mendekatkan diri kepada Allah, mensucikan harta, serta menjadi bukti ketakwaan kepada-Nya. Selain itu, kurban juga dapat menumbuhkan sifat-sifat baik dan mengikis sifat buruk dalam diri,” terang Jemadi.
Amalan keempat adalah bertobat dan memperbanyak amal salih, seperti mengerjakan salat sunnah dan bersedekah. Semua itu merupakan bentuk ibadah yang bernilai tinggi di sisi Allah, terutama di bulan yang mulia ini.
Menutup kajian, Jemadi menyampaikan bahwa Padang Arafah adalah tempat yang memiliki kemuliaan tinggi hingga doa-doa di sana mustajabah. Tempat ini hanya dikunjungi oleh jamaah haji satu kali dalam setahun, yakni pada tanggal 9 Dzulhijah, saat pelaksanaan wukuf.
“Bagi kita yang tidak melaksanakan wukuf di Arafah, maka dianjurkan untuk mengerjakan Puasa Arafah sebagai bentuk kesungguhan dalam beribadah di bulan mulia ini,” tutupnya.