Gagas Kota Masa Depan, Siswa Smamda Surabaya Tampilkan Proyek Inovatif di GDC 2025

Tim dari Alifia dan Fahira sedang mempresentasikan city design: Vauban city.

SMA Muhammadiyah 2 Surabaya (Smamda) kembali melanjutkan partisipasinya dalam kegiatan Global Design Challenge (GDC) 2025 yang diselenggarakan oleh Melbourne Polytechnic, Australia. Proyek internasional ini melibatkan sejumlah guru pendamping, yaitu Agung Prasetyo MPd, Adifarico, dan Supriadi SPd.

Kegiatan berupa Zoom Meeting dilaksanakan pada Rabu (2/7/2025) pukul 10.00–12.30 WIB. Agenda utamanya berupa presentasi hasil investigasi permasalahan sebagai kelanjutan dari sesi sebelumnya yang mengharuskan peserta didik melakukan observasi dan investigasi lapangan.

Ragam Gagasan Inovatif Siswa

Sesi presentasi dibuka oleh tim Ahmad dan Ivar Azka W. (siswa kelas 10.3) yang membawakan tema “Transportation”. Dilanjutkan oleh tim Azaia Latifa W. (11.2) dan Zahra Tirta P. (11.2) dengan tema “Public Transportation” serta Sabria Malika Z. (10.4) yang mengangkat topik “Pedestrian Infrastructure: Piezoelectric”.

Selanjutnya, tim Alifia Paramadina (11.1) dan Fahira Alya N. (11.2) menyampaikan tema “Urban Redevelopment Authority” yang mencakup konsep sponge city dan Vauban city sebagai bagian dari rancangan kota masa depan. Tim Darien Majida (10.3) dan Noviarta Gultom (10.1) melanjutkan dengan topik “Eco-Friendly City”, berfokus pada penggunaan biopori dan teknologi TEBA.

Tim Allodia Khanza S. (10.11) dan Aurellia Halawatia (10.2) membahas material alternatif pengganti beton (alternative building material to concrete), sementara Raya Fortuna (10.8) dan Rizka Putri (10.9) mengangkat potensi energi hidrogen dan energi pasang surut laut (hydrogen and tidal energy).

Tema energi juga dikembangkan oleh tim Annisa Kireina F. (10.3) dan Belva Edria (10.3) dengan fokus pada energi angin dan matahari (wind energy & solar energy), sedangkan Ahmad Fahim A. (10.6) membahas penggunaan energi nuklir di kota berkeanekaragaman hayati (nuclear energy use in biodiverse city). Presentasi ditutup oleh Barra Rizky (11.2) dengan topik “Optimal Population Density”.

Dari keseluruhan topik yang dipresentasikan, direncanakan pembentukan satu tim gabungan yang akan menyatukan berbagai ide tersebut menjadi konsep besar bertajuk “Green City”.

Sabria sedang menjelaskan ide terkait teknologi untuk pejalan kaki yang ramah lingkungan “pedestrian infrastructur: pizoelectric”.

Masukan dari Guru

Guru Matematika, Duin Rusandi SSi, menekankan pentingnya keterkaitan antara proyek siswa dengan visi pembangunan pemerintah, serta perlunya pendekatan yang realistis. Sementara itu, guru Kimia Noor Fathi MPd mengkritisi gagasan penggunaan energi nuklir karena dinilai bertentangan dengan prinsip energi terbarukan (renewable energy) yang menjadi pilar utama dalam konsep green city.

Guru Biologi, Widya Dwi K. MPd juga memberikan masukan bahwa ide-idenya sangat bagus.

“Kalian bisa berkolaborasi membentuk satu desain utama suatu kota, misalnya memilih antara sponge cityVauban city, atau eco-friendly city. Pertimbangkan juga aspek transportasi, infrastruktur untuk pejalan kaki, serta sumber energi yang sesuai. Namun, mohon perhatikan kembali sistem penyimpanan energi dari seluruh pembangkit listrik tersebut, seperti penggunaan baterai—baik dari segi bahan maupun usia pakainya. Apakah sistem itu akan menimbulkan limbah baru, atau justru bisa dikelola dengan konsep daur ulang?” ujarnya.

Putri Nuur M. MPd menyarankan untuk meninjau kembali desain yang telah dibuat dengan mempertimbangkan realitas di lapangan seperti karakteristik wilayah, mengkaji dari berbagai disiplin ilmu, serta menghitung secara realistis efektivitas dan produktivitas energi yang akan dihasilkan.

Eka Haris P. SPd, juga dari tim guru Biologi, menambahkan, apakah sebelumnya sudah meneliti apa saja yang telah dilakukan Pemerintah Kota Surabaya untuk mengembangkan kota ini menjadi kota hijau dan kota cerdas.

“Kaitkan juga dengan inovasi pada permukiman di area pinggir sungai di Surabaya, agar selaras dengan tema kota hijau, cerdas, dan berkeanekaragaman hayati. Selain itu, pelajari juga teknologi VPP (Virtual Power Plant) untuk mendukung solusi energi dalam rancangan kalian,” tuturnya.

Agung Prasetyo, MPd, guru pendamping, menegaskan kembali bahwa seluruh tema yang telah dikembangkan oleh peserta didik akan disatukan menjadi sebuah konsep besar bernama Green City.

“Pada pertemuan selanjutnya, para peserta didik akan mempresentasikan rancangan desain kota yang telah mereka susun secara kolaboratif,” ujarnya.

Kegiatan ini secara nyata mengasah keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif para peserta didik. Mereka tidak hanya diminta mengumpulkan informasi, tetapi juga melakukan analisis SWOT—yakni kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman—terhadap proyek yang mereka kembangkan.

Dengan pendekatan ini, diharapkan peserta didik tidak hanya mampu merancang solusi konkret, tetapi juga membangun kesadaran untuk menciptakan kota masa depan yang berkelanjutan.

Selain itu, peserta didik didorong untuk menanggapi tantangan lokal yang relevan dengan kehidupan mereka, sembari mengeksplorasi isu-isu global, berdasarkan empati dan perspektif yang otentik.

(Widya Dwi Kharismawati/AS)

Author:

I Am the Admin