Pelajar Smamda Bawa Masalah Lingkungan Surabaya di Forum Global

Siswa Smamda Surabaya sedang mempresentasikan prototipe redesain PLTSa. (Tangkapan layar/Widya Dwi Kharismawati)

SMAMDA.NET – SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya kembali mengharumkan nama sekolah dengan berpartisipasi dalam Global Design Challenge (GDC) Symposium 2025 yang digelar secara daring melalui Zoom. Kegiatan ini menghadirkan tim GDC yang dipandu Belinda Marchbank dari Banyule Nillumbik Tech School, Australia, serta diikuti sejumlah sekolah internasional seperti Stella Mundi, Overnewton Anglican Community College, dan Parkdale Secondary College.

Acara berlangsung Jumat (19/9/2025) pukul 10.30–11.30 WIB, dengan agenda presentasi hasil penelitian, inovasi, dan prototipe dari masing-masing tim. Setiap kelompok mendapat waktu 2–5 menit untuk memaparkan ide mereka. Tim GDC dari Smamda, yang dibimbing Agung Prasetyo M.Pd, mendapat giliran presentasi pukul 11.20–11.25 WIB.

Tim ini diketuai Zahfran Wildan (12.2), dengan anggota sekaligus pembicara: Fadhlan Dary Raditya (12.1), Abqary Rasyid Zaffa Al-Habibie (12.1), Aditya Wijaya (12.3), Queenina Alayka Akbari (12.3), dan Sabria Malika Zahra (12.1).

“Kami mengangkat topik Biodiversity for Surabaya. Isu yang kami soroti adalah permasalahan lingkungan di PLTSa Benowo dan Taman Bungkul. Untuk mendukung gagasan ini, kami membuat prototipe, podcast, aplikasi edukasi, dan karya seni yang dirangkum dalam satu website,” jelas Wildan.

Abqary memaparkan latar belakang masalah. Menurutnya, banyaknya sampah di sekitar sekolah dan sungai-sungai di Surabaya menjadi perhatian serius. Mereka juga menyoroti potensi bahaya dari emisi dan limbah pembakaran di PLTSa Benowo yang dapat mengancam biodiversitas.

Fadhlan kemudian menjelaskan inovasi yang ditawarkan timnya. “Kami merancang Materials Recovery Facility (MRF) atau Pusat Pemulihan Material untuk memisahkan limbah, menambahkan tangki anaerobik besar yang mengubah sampah organik menjadi biogas dan kompos, serta sistem pengelolaan abu terbang yang lebih aman,” ujarnya.

Permasalahan kedua disampaikan Queenina, yang menyoroti berkurangnya keanekaragaman hayati di Taman Bungkul akibat minimnya vegetasi bawah, sehingga habitat serangga dan hewan kecil berkurang. Rendahnya kesadaran masyarakat dan lemahnya perlindungan taman memperparah degradasi lingkungan di area tersebut.

Sebagai solusi, Sabria menawarkan lima langkah konkret: penanaman vegetasi asli secara berlapis, pembuatan tiang pakan burung, pembangunan hotel lebah, penambahan taman penyerbuk, serta pembuatan tumpukan kayu dan batu dengan sistem perawatan berbasis komunitas.

Presentasi ditutup Aditya dengan menyampaikan feedback yang diterima tim. “Masukan yang kami peroleh adalah agar ide kami lebih fokus pada kelestarian biodiversitas, bukan hanya pengelolaan sampah. Karena itu, kami mendesain ulang sistem agar lebih ramah lingkungan dan mampu menjaga kelestarian biodiversitas di Surabaya. Detail inovasi dan prototipe kami bisa diakses melalui barcode atau di website https://smamda-gdc25.carrd.co,” jelasnya.

Sebagai penutup, tim Smamda menyampaikan apresiasi kepada Departemen Pendidikan Pemerintah Negara Bagian Victoria. “Kami belajar banyak melalui kegiatan ini, mulai dari penelitian, perancangan, pembuatan prototipe, hingga kerja sama tim,” tulis mereka dalam laporan proyeknya.

Melalui partisipasi dalam GDC 2025, SMA Muhammadiyah 2 Surabaya menegaskan komitmennya mencetak generasi yang peduli lingkungan, kreatif, dan inovatif. Dengan semangat kolaborasi, Smamda terus mendorong siswanya menghasilkan karya nyata yang bermanfaat bagi sekolah, keluarga, dan masyarakat.

(Widya Dwi Kharismawati)

Author:

I Am the Admin