Sebulan berada di Brazil banyak pengalaman berkesan yang dialami Muhammad Naufal Firdaus—siswa SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya.
Naufal, sapaan akrabnya, berada di Brazil sejak 24 Agustus 2018. Di negeri-nya Neymar Jr itu, dia mengikuti program pertukaran pelajar yang disponsori oleh Rotary Club.
Melalui pesan elektronik yang dikirimkan pada PWMU.CO, Jumat (21/9/19), Naufal membagikan cerita serunya menjadi pelajar di Brazil State Santa Caterina Ascurra selama setahun.
“Saya tidak menyangka jika Brazil sedingin ini,” tuturnya menceritakan suhu di Brazil yang sedang dingin-dinginya karena winter (musim dingin) akan berakhir.
Tinggal di Rua Santa Ana, Naufal mengaku dirinya sangat beruntung mendapatkan host family (keluarga angkat) yang sangat baik dan perhatian. “Saya merasa mereka sudah menantikan untuk bertemu saya. Kali pertama datang, mereka langsung menyuguhkan pizza,” ungkapnya.
Selain itu, siswa kelahiran Bali ini juga merasakan jika host family-nya sangat welcome. Ke mana pun dirinya pergi ke host family-nya ikut dan uniknya satu keluarga ikut semua demi menemani dirinya.
Naufal juga merasakan adanya perbedaan budaya antara Indonesia- Brazil. Jika orang Indonesia, khususnya Muslim, setiap menjelang makan memulai dengan doa, di Brazil hal yang demikian tidak dia temukan.
“Host family saya sempat bingung semua saat melihat saya berdoa, karena katanya di Brazil tidak melakukan itu. Terus saya tanya apakah tidak masalah jika aku berdoa dulu sebelum makan dan mereka tidak-mempermasalahkan malah memuji saya bagus,” ungkapnya.
Tapi, ada kebiasaan orang Brazil yang membuat Naufal salut yaitu setiap pagi mereka selalu mengucapakan selamat pagi, walaupun berpapasan di jalan dan tidak saling mengenal. “Bom dia, tude bem, yang berarti selamat pagi, bagaimana kabarmu,” tiru Naufal.
Selanjutnya perasaan nervous dirasakan Naufal saat kali pertama dirinya sekolah. Keempat host family-nya datang untuk mengikuti penyambutannya. Saat ceremony kedatangannya semua menyambut dirinya dengan luar biasa.
“Saat pembukaan ada sekelompok orang mendoakan saya dalam agama Kristen. Tetapi karena saya Muslim, untuk menghormati mereka, saya hanya ikut menunduk. Tidak melakukan apa apa,” tuturnya.
Hari pertama sekolah, Naufal membagikan souvenir-souvenir kecil yang dibawa dari Indonesia untuk dia bagikan di sekolahnya. Seperti gelang dan pin. Tidak disangka mereka sangat menyukai souvenir yang dibawa Naufal.
“Mereka senang banget. Terus dipasang di tasnya, di kotak pensil, di bajunya, di jaketnya, dan banyak lagi, ” ungkapnya.
Ketika ditanya tentang makanan halal, Ia tidak khawatir karena Kleber Staloch dan Adriana Suchara Staloch, ‘ortu’ Naufal di Brazil selalu menyediakan makanan halal. Sebelum makan, ujarnya, saya selalu diberitahu jika makanan yang saya makan halal.
“Jika ada makanan yang tidak halal mereka tidak mengizinkan saya makan,” ucapnya. (Masitha)