Siswa Smamda Surabaya Bawa Isu Lalu Lintas di Global Youth Forum 2025

Para Siswa Smamda berdiskusi bersama untuk membahas isu-isu Internasional dalam Global Youth Forum 2025.

Global Youth Forum 2025 memasuki hari ketiganya pada 6 Mei 2025. Sepuluh siswa kelas 10 dan 11 SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya mengikuti forum ini secara daring dari ruang Samsung Smart Learning Class di Gedung A. Kegiatan internasional ini bertujuan menumbuhkan pemahaman lintas budaya dan kepemimpinan global di kalangan generasi muda.

Kesepuluh peserta tersebut adalah Fadhlan Dary, Abqary Zaffa, Danastri Ailsa, Ghumaisha Dzuhniyya, Muhammad Nazril Ilham, Jhovan Adithya, Anayla Zarafina, Kaniza Zaira, Rizka Putri, dan Abiyyu Salman. Mereka didampingi oleh guru Bahasa Inggris Smamda, Agung Prasetyo M.Pd.

Agung menjelaskan bahwa forum ini awalnya bernama Victorian Young Leaders, program yang digagas pada masa pandemi dan ditujukan bagi siswa di Victoria, Australia dan Indonesia. “Waktu itu hanya lima sekolah dari Indonesia yang terlibat, dan dari Surabaya hanya Smamda,” ujarnya.

Seiring waktu, program ini berkembang menjadi Global Youth Forum, melibatkan pelajar dari negara-negara Asia Pasifik seperti Vietnam, India, Tiongkok, Korea Selatan, Jepang, dan beberapa negara bagian lain di Australia.

“Tujuannya agar siswa tidak hanya berpikiran lokal, tetapi juga global. Mereka belajar memahami budaya dan cara berpikir pelajar dari negara lain,” lanjut Agung. Selain itu, peserta diasah kemampuan berpikir kritis dan kepemimpinan globalnya.

Di Smamda, keikutsertaan dalam forum ini merupakan kegiatan rutin tahunan yang selektif. Peserta harus lolos uji kemampuan Bahasa Inggris, berpikir kritis, dan wawasan global.

“Banyak yang fasih berbahasa Inggris, tapi belum tentu berpikir kritis. Itu yang kami kembangkan lewat forum ini,” jelasnya.

Tangkapan layar kegiatan Global Youth Forum 2025.

Tahun ini, forum mengangkat topik-topik dari Sustainable Development Goals (SDG). Peserta diajak mendiskusikan dan mencari solusi isu-isu global bersama pelajar dari berbagai negara.

Salah satu peserta, Abqary Zaffa, menyampaikan bahwa forum diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Australia. “Kami mendiskusikan berbagai materi dan isu global yang telah disiapkan,” katanya.

Rizka Putri menambahkan bahwa hari pertama dan kedua diisi pembahasan materi, sementara hari ketiga diisi presentasi peserta. “Topik kami soal kemacetan lalu lintas, karena itu isu yang dekat dengan kehidupan sehari-hari,” ungkap Rizka.

Para siswa Smamda juga menggali solusi dari negara lain. “Kami tanya bagaimana cara negara lain mengatasi kemacetan. Misalnya di Indonesia ada sistem ganjil-genap. Kami juga kepikiran kampanye media sosial agar masyarakat lebih banyak jalan kaki atau pakai transportasi umum,” kata Abqary.

Bagi Rizka, sesi breakout room menjadi pengalaman paling berkesan. “Kami berdiskusi langsung dengan pelajar dari Jepang dan India. Jadi, bisa tahu langsung pendekatan mereka terhadap masalah yang sama,” ucapnya.

Keterlibatan siswa Smamda dalam forum ini menjadi pengalaman berharga yang memperluas wawasan global, mengasah kemampuan berpikir kritis, komunikasi lintas budaya, dan kepemimpinan.

Dengan membawa isu kemacetan lalu lintas, mereka belajar berpikir solutif dan berkolaborasi dengan pelajar internasional. Diharapkan, pengalaman ini memotivasi mereka untuk menjadi generasi muda yang peduli dan siap menghadapi tantangan global.

Author:

I Am the Admin