Siswa Smamda Surabaya Paparkan Desain Kota Masa Depan di Hadapan Pengajar Australia

Wildan Zahfran sedang menjelaskan desain tata kotanya di hadapan pengajar dari Australia dan guru pengajar serta siswa Smamda yang lain.

SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya kembali berpartisipasi dalam kegiatan Global Design Challenge (GDC) 2025 yang diselenggarakan oleh Melbourne Polytechnic, Australia. Dalam sesi kali ini, para siswa mempresentasikan hasil investigasi secara daring di hadapan Sarah Cooper dan Kara Varalia, pengajar dari Banyule Nillumbik Tech School, Australia.

Kegiatan yang berlangsung secara virtual pada Senin (7/7/2025) pukul 10.00–12.30 WIB ini turut didampingi oleh guru pembimbing Agung Prasetyo MPd, Adifaricho, serta sejumlah guru pengajar lainnya.

Presentasi dibuka oleh Zahfran Wildan (kelas 11.2) yang menampilkan rancangan kota berkelanjutan berbasis teknologi melalui pemodelan 3D menggunakan aplikasi Blender. Rancangan kota tersebut terbagi menjadi tiga zona utama: area publik, transportasi umum, dan permukiman.

“Ikon Kota Surabaya ditempatkan di pusat kota sebagai identitas visual, dikelilingi oleh ruang hijau, perpustakaan, taman, serta berbagai fasilitas umum lainnya,” tuturnya.

Lalu, zona hunian dirancang menyerupai apartemen bergaya Singapura dan Tiongkok, dilengkapi dengan panel surya, turbin angin, aspal berpori, sistem Virtual Power Plant (VPP) sebagai pengelola energi, serta fasilitas vertical garden dan area olahraga.

Menanggapi presentasi tersebut, Sarah Cooper menanyakan sejauh mana investigasi telah dilakukan serta dampaknya terhadap keanekaragaman hayati di sekitar bangunan, baik flora maupun fauna. Guru pembimbing Agung Prasetyo menambahkan pentingnya kejelasan sistem energi dalam desain tersebut.

Selanjutnya, Achmad (kelas 10.3) memaparkan konsep Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) yang mengadaptasi sistem dari fasilitas Benowo dan Singapura. Ia menjelaskan bahwa fasilitas pembangkit telah dilengkapi sistem filtrasi pada cerobong asap guna menekan emisi berbahaya.

Barra Rizky (kelas 11.2) kemudian mempresentasikan aplikasi pengelolaan energi berbasis VPP yang dikembangkan menggunakan platform Figma.

“Aplikasi ini menampilkan berbagai jenis pembangkit energi, estimasi produksi energi, tarif listrik, serta fitur ruang komunitas bagi warga untuk berinteraksi dan menyampaikan aspirasi,” jelasnya.

Sarah dan Kara memberikan pertanyaan reflektif, khususnya mengenai jenis sampah yang diproses, sistem pemilahannya, serta pengelolaan emisi dari proses pembakaran. Mereka juga membandingkannya dengan sistem daur ulang di Australia, dan mendorong siswa untuk mempertimbangkan dampak lingkungan secara lebih komprehensif.

Di akhir sesi, keduanya menyampaikan apresiasi tinggi atas kreativitas dan kerja keras para siswa.
“Proyek ini luar biasa. Silakan lanjutkan dan kembangkan dengan penguatan data serta observasi lapangan,” ujar mereka.

Barra Rizky mempresentasikan aplikasi yang dikembangkan terkait penggunaan energi.

Masukan Para Guru

Para guru pembimbing turut memberikan berbagai masukan konstruktif untuk pengembangan proyek desain kota berkelanjutan tersebut.

Noorfathi MPd, misalnya, menyarankan penggunaan aspal berpori di titik-titik strategis seperti zebra cross. Ia juga menyoroti pentingnya pengelolaan listrik berlebih yang bisa disalurkan melalui sistem pump hydro storage atau didistribusikan ke daerah-daerah pedalaman yang belum terjangkau energi secara merata.

Sementara itu, Anas Khairur Rijal SSi mengingatkan pentingnya pemahaman terhadap regulasi yang berkaitan dengan pemanfaatan energi angin dan surya.

Ia menekankan perlunya validitas data dalam proyek yang disusun siswa, yang sebaiknya diperkuat melalui observasi lapangan dan pengisian kuesioner oleh responden.

Widya Dwi K MPd menambahkan bahwa siswa sebaiknya melakukan kunjungan langsung ke PLTSa Benowo untuk memperkaya wawasan teknis dan mendalami proses yang berlangsung di lapangan. Ia juga mengusulkan pemanfaatan potensi sungai kecil di Surabaya untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), serta pengembangan lahan basah sebagai bagian dari desain ekosistem kota.

Selain itu, ia menyoroti pentingnya pengkajian ulang terhadap teknologi piezoelectric dari sisi efisiensi dan dampaknya terhadap lingkungan.

Eka Haris SPd turut menyampaikan pentingnya pengelolaan air perkotaan melalui penerapan deep canal dan smart drainage system.

“Sistem ini dapat dikombinasikan dengan teknologi lainnya seperti aspal berpori, meskipun implementasinya harus disesuaikan dengan karakteristik wilayah tertentu agar hasilnya tetap relevan dan efektif,” tuturnya.

Kegiatan ini menjadi ajang penting bagi siswa untuk memperkuat keterampilan abad ke-21, khususnya dalam berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan solutif. Mereka tidak hanya belajar merancang kota masa depan yang berkelanjutan, tetapi juga dilatih untuk menganalisis potensi, risiko, dan dampak desain dari berbagai perspektif: ekologi, teknologi, dan sosial.

(Widya Dwi Kharismawati/AS)

Author:

I Am the Admin