
Hajjar Ekasari MPd saat mendampingi guru Smamda Surabaya dalam pembuatan modul pembelajaran mendalam. (Humas Smamda)
Suasana lantai 2 Smamda Tower pada Sabtu (23/8/2025) terasa berbeda. Para guru SMA Muhammadiyah 2 Surabaya (Smamda) tampak antusias mengikuti workshop bertema Membangun Digitalisasi Pembelajaran Mendalam. Kegiatan ini menjadi momentum penting dalam upaya memperkuat transformasi pendidikan di Smamda yang berorientasi pada pembelajaran berkesadaran, bermakna, dan menyenangkan.
Acara dibuka oleh Syuhada Ishak Abilio Gomes, S.Pi., M.Pd.I., Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum, mewakili Kepala Sekolah Astajab, S.Pd., M.M. yang berhalangan hadir. Dalam sambutannya, Gomes menekankan pentingnya guru untuk terus beradaptasi dengan perkembangan zaman.
“Guru di era digital tidak bisa lagi mengajar dengan pola lama. Kita harus menghadirkan pembelajaran yang mendalam, relevan, dan memanfaatkan teknologi. Itulah jalan menuju pendidikan yang lebih bermutu,” ujarnya.
Mengupas Konsep Pembelajaran Mendalam
Sesi pertama menghadirkan tiga narasumber dengan perspektif yang saling melengkapi. Hajjar Eka Sari, M.Pd., menjelaskan latar belakang dan konsep pembelajaran mendalam. Ia menyinggung hasil PISA 2022 yang menunjukkan rendahnya capaian literasi dan numerasi murid Indonesia.

“Kita tidak boleh berhenti pada hafalan. Pembelajaran mendalam mengajak murid berpikir kritis, menemukan makna, dan menghubungkan pelajaran dengan kehidupan nyata,” tegasnya.
Mochammad Hendy Bayu Pratama, S.S., M.Pd., melanjutkan dengan memaparkan kerangka kerja pembelajaran mendalam yang mencakup tiga tahapan: memahami, mengaplikasikan, dan merefleksi.
“Memahami itu bukan sekadar tahu, tapi mengonstruksi pengetahuan. Setelah itu murid harus mengaplikasikan dalam situasi nyata, lalu merefleksi untuk mengevaluasi proses belajar. Inilah siklus yang membuat ilmu benar-benar hidup,” jelasnya.
Sesi ditutup oleh Mustakim, S.Pd., yang membahas implementasi pembelajaran mendalam. Ia menekankan pentingnya perencanaan, pelaksanaan yang kontekstual, dan asesmen autentik.
“Guru perlu berani merancang pembelajaran yang relevan, memanfaatkan teknologi digital, serta memberi ruang bagi murid untuk refleksi. Dengan begitu, pembelajaran menjadi menyenangkan sekaligus bermakna,” ujarnya.

Kolaborasi Guru: Dari RPP hingga Peer Teaching
Sesi kedua berlangsung lebih interaktif. Guru dibagi ke dalam kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP): sains, humaniora, bahasa, dan ISMUBATA. Setiap kelompok mendapat tugas mulai dari menyusun RPP, menelaah, hingga melaksanakan peer teaching.
Suasana penuh keceriaan tampak saat peer teaching berlangsung. Guru yang biasanya mengajar, kini berperan sebagai murid, sementara rekannya tampil sebagai “guru”. Gelak tawa mengiringi simulasi, terutama ketika muncul improvisasi spontan. Meski santai, kegiatan ini menghasilkan pembelajaran serius: saling memberi masukan, mengkritisi secara positif, dan menyempurnakan strategi mengajar.
Salah satu peserta, Muhammad Hasan Al Faruqi, S.Pd., guru mata pelajaran Keislaman dan Kemuhammadiyahan, mengungkapkan kesannya.
“Saya jadi lebih paham bahwa merancang pembelajaran mendalam itu butuh kreativitas. Peer teaching membuka mata kami bahwa setiap metode bisa dieksplorasi lebih jauh. Rasanya seru sekali berada di posisi murid, jadi tahu bagaimana rasanya menerima materi dari perspektif yang berbeda,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Intan Prawitasari, S.Pd., guru Bimbingan Konseling. “Workshop ini sangat relevan dengan tantangan mengajar saat ini. Konsep pembelajaran mendalam membuat kami tidak lagi fokus pada hafalan. Saya mendapatkan banyak ide baru untuk membuat materi BK lebih hidup dan dekat dengan isu terkini,” jelasnya.
Menjelang sore, workshop ditutup kembali oleh Syuhada Ishak Abilio Gomes, S.Pi., M.Pd.I. Ia mengingatkan agar hasil pelatihan tidak berhenti di ruang workshop, melainkan benar-benar diterapkan di kelas.
“Hari ini kita belajar bersama, besok mari kita praktikkan bersama di kelas. Dengan pembelajaran mendalam, Smamda akan melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas, tapi juga berkarakter,” pesannya.
Workshop ini menjadi bukti komitmen SMA Muhammadiyah 2 Surabaya dalam membangun ekosistem pendidikan yang adaptif terhadap digitalisasi, sekaligus tetap menekankan nilai kemanusiaan dan kedalaman berpikir. Dengan semangat pembelajaran mendalam, Smamda terus menapaki jalan menuju pendidikan yang bermutu dan relevan bagi generasi masa depan.
(Nur Azly/AS)
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.