
Wininatin Khamimah memaparkan fakta dan kondisi ekonomi saat ini kepada siswa Smamda. (Arya Alif)
SMAMDA.NET – SMA Muhammadiyah 2 Surabaya (Smamda) kembali menggelar program Orang Tua Mengajar (OTM) khusus bagi siswa kelas XII-6. Dalam acara yang berlangsung Jumat (12/10/2025) itu, hadir sebagai narasumber Wininatin Khamimah SE MSi, dosen manajemen di salah satu perguruan tinggi swasta di Surabaya sekaligus pembina komunitas ibu-ibu pengrajin daur ulang sampah.
Ia membawakan materi bertema Be Young Ecopreneur danmengajak siswa menumbuhkan jiwa wirausaha muda yang tidak hanya mengejar keuntungan, tetapi juga peduli terhadap lingkungan dan peka pada fenomena sosial.
Mengawali pemaparannya, Wininatin menyampaikan data mencengangkan: Indonesia menempati peringkat kedua dunia sebagai penghasil sampah laut dengan jumlah sekitar 11 juta ton per tahun. Pada saat yang sama, jutaan warga Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan.
“Fenomena ini menuntut generasi muda untuk berpikir kreatif. Bagaimana kita bisa berwirausaha sekaligus memberi solusi atas masalah lingkungan dan sosial? Di sinilah peran ecopreneur sangat dibutuhkan,” tegasnya.
Ecopreneur: Untung sekaligus Berdaya Guna
Menurut Wininatin, ecopreneurship bukan sekadar bisnis untuk mencari keuntungan finansial, tetapi juga mengutamakan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan. Ia mencontohkan usaha berbasis daur ulang sampah yang mampu menghasilkan produk bernilai jual sekaligus membantu mengurangi limbah.
“Ecopreneur itu gerakan. Ia melahirkan bisnis yang bermanfaat lebih luas. Anak muda harus berani memulai, meski dari hal-hal kecil,” ujarnya memotivasi.
Peka terhadap Fenomena Ekonomi Kekinian
Selain isu lingkungan, Wininatin juga mengajak siswa peka terhadap fenomena ekonomi di sekitar mereka. Ia menyoroti tren menjamurnya penjual es teh seharga Rp3.000, berbeda dengan tren minuman boba beberapa tahun lalu yang dijual di atas Rp10.000.
“Fenomena bergesernya tren minuman ini adalah cermin daya beli masyarakat yang menurun. Seorang calon ecopreneur harus jeli membaca tanda-tanda seperti ini agar bisa melihat peluang sekaligus memahami kondisi ekonomi,” jelasnya.
Antusiasme Siswa
Salah satu siswa, Alaric Reynard Athayandra, mengaku sangat terinspirasi dengan materi yang disampaikan. “Saya jadi sadar kalau bisnis bukan hanya tentang keuntungan, tapi juga bagaimana kita bisa bermanfaat bagi lingkungan dan orang lain. Materi ini membuka pandangan saya untuk lebih berani memulai usaha yang sederhana tapi bermakna,” ungkapnya.
Hal senada disampaikan Bimo Aksanu Widjojo. “Dari materi tadi saya belajar untuk lebih peka terhadap fenomena di sekitar. Contoh sederhana soal es teh tadi sangat nyata. Saya jadi berpikir kalau peluang usaha bisa ditemukan dari hal-hal kecil di sekitar kita,” ujarnya.
Program OTM bertema Be Young Ecopreneur ini diharapkan mampu menumbuhkan jiwa kewirausahaan berorientasi keberlanjutan. Smamda menegaskan bahwa sinergi antara sekolah, orang tua, dan siswa melalui program seperti ini menjadi bekal penting untuk mencetak generasi yang cerdas, peduli, dan berkarakter.
(Nur Azly)