Smamda – Alvina Rheta Islameya, siswi SMA Muhammadiyah 2 Surabaya berhasil meraih juara 2 Benron Taikai atau Pidato Bahasa Jepang dalam kompetisi Japan Pop Culture (JPC) Unesa 2021.
Kompetisi dilaksanakan tingkat SMA/SMK sederajat itu diikuti oleh 15 peserta dari berbagai sekolah mulai dari Sidoarjo hingga Bali, Senin (13/11/2021). Smamda Surabaya mengirimkan dua siswa terbaiknya pada ajang kompetisi tersebut. Alvina, sapaan akrabnya mengatakan, lomba ini cukup menegangkan utamanya ketika para dewan juri melihat dokumentasi video pidato para peserta lomba. ”Cukup menegangkan ya, apalagi pas melihat juri nonton video speech kita,” ungkapnya.
Para peserta lomba ditanya langsung dalam bahasa Jepang. ”Sebenarnya kalau tentang kemenangan itu saya tidak terlalu percaya diri, tapi yang jelas ketika final saya merasa cukup grogi,” tuturnya.
JPC merupakan sebuah festival Jepang yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Jepang Universitas Negeri Surabaya. Festival ini acara tahunan yang menyajikan berbagai kebudayaan Jepang yang unik.
Juga ada serangkaian lomba yang diadakan untuk siswa SMA dan umum. Festival Japan Pop Culture selalu ditunggu-tunggu oleh penggemar budaya Jepang di seluruh pulau Jawa.
Melihat para peserta yang berasal dari berbagai daerah, Alvina merasa para finalis mempersiapkan diri dengan sangat keras dan percaya diri. ”Semua orang dari finalis cukup keras karena mereka percaya diri dengan jawaban mereka,” tuturnya.
Siswi kelas XI MIPA 11 Smamda Surabaya itu memang memiliki cita-cita bisa bekerja dan belajar di Jepang suatu saat nanti. Selain mempelajari budaya Jepang, gadis kelahiran 7 Juli 2005 itu juga hobi mendengarkan musik untuk menemaninya dalam belajar.
Meraih skor 527 yang berhasil mengantarnya pada juara 2 JPC Unesa 2021, Alvina turut membagikan pengalaman menariknya saat mengikuti lomba. Semua peserta yang ingin mengikuti Benron Taikai harus membuat pidato dalam bahasa Jepang sendiri, tidak boleh menjiplak. Tidak boleh pidato yang sudah pernah dilombakan. “Sensei akan mengoreksi satu per satu pidato bahasa Jepang yang dikumpulkan,” ujarnya.
Setiap peserta juga mengirimkan voice note dan video dengan membaca pidato ke panitia. Kemudian akan diseleksi kembali oleh panitia siapa yang berhak masuk ke babak final.
Jumlah yang masuk ke babak final hanya ada 10 peserta. Lalu diambil dua pemenang. ”Pada saat lomba yang dilaksanakan pada 13 November itu para peserta hadir melalui media zoom meeting dan berpidato bahasa Jepang, lalu akan ditanyai oleh juri apa isi pidato tersebut,” jelasnya.
Penulis Fibrina Aquatika