Dua Ilmuwan Besar Tempo Dulu dan Zaman Now, Cermin untuk Siswa Muslim Kekinian

Makin tinggi ilmu yang diraih seorang Muslim harus membawanya makin mengenal Tuhannya. Bukan sebaliknya. Demikian disampaikan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur DR M. Saad Ibrahim pada acara Silaturrahim, guru, karyawan, dan seluruh siswa SMA Muhammadiyah 2 (SMAMDA) Surabaya, Senin (16/07)

Untuk mempermudah ilustrasi ilmuwan ideal yang dilahirkan dari lembaga pendidikan Muhammadiyah, Saad mengkisahkan 2 tokoh besar di zaman now dan masa lampau. Tokoh pertama yang dikisahkan adalah Stephen Hawking yang lahir pada tahun 1942. “Ia adalah salah satu fisikawan teoritis paling ternama dalam sejarah yang menjadi ikon ilmu pengetahuan modern yang bulan maret lalu meninggal dunia.”

Stephen Hawking, jelas Saad, mempelajari teori Kosmologi di Cambridge University. Selama hidup, Hawking berhasil memperoleh sekitar 19 penghargaan mulai tahun 1966. “Pendek kata dia adalah orang yang sangat jenius. Sayangnya, ia tidak mengakui keberadaan Tuhan,” terang Saad sambil menyatakan yang boleh diambil dari sosok Hawking adalah keilmuannya. Bukan tentang ateisnya.

Kemudian tokoh kedua yang dikisahkan adalah Ibnu Sina. Ibnu Sina memiliki kefilsafatan yang melampaui Plato maupun Aristoteles, sehingga ia menjadi filosof besar. Ia juga ahli dibidang kedokteran yang menulis buku al-Qanun fith Thib yang selama 500 tahun menjadi rujukan ilmu kedokteran Barat. “Bahkan buku itu masih dikaji sampai sekarang,” jelas Saad.

Lebih dari itu Ibnu Sina memahami agama, al-Quran, hadist-hadist Nabi, khasanah-khasanah islamiyah. “Betapapun hebatnya Ibnu Sina, Ia masih mengakui bahwa Nabi lebih hebat darinya,” kisah Saad sambil menyimpulkan Ibnu Sina sangat taat kepada Allah SWT. “Ulama yang nantinya mempunyai posisi di bawah Nabi, yang selalu takut dan taat kepada Allah,” lanjut Saad tentang idealitas ilmuwan Muslim.

Mengakhirinya paparannya, Pak Saad berpesan kepada siswa SMAMDA, untuk tetap tekun dan tekun belajar. Untuk memotivasi siswa, Saad juga menyebut nama Imam Shamsi Ali, seorang alumni pondok Muhammadiyah Darul Arqam Sulawesi Selatan yang kini imam besar di Masjid Pusat Islam New York, masjid terbesar di AS. “Semoga akan lahir Shamsi Ali, Shamsi Ali dari SMAMDA,” pungkasnya di hadapan 1.000-an siswa-siswi kelas X, XI dan XII dan guru karyawan SMAMDA. (puspitorini)

Author:

I Am the Admin

Leave a comment