Smamda – SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya menggelar HW Kelas X dengan tema Hizbul Wathan, Ekstrakulikuler Pelatih Jiwa Islami dan Pemberani, Sabtu (5/3/22).
Kegiatan yang berlabel Kemah Hizbul Wathan Blok Kelas X ini dilaksanakan secara langsung di lapangan sekolah serta diikuti seluruh siswa kelas X. Kegitan ini berlangsung selama 4 jam dengan serangkaian materi kegiatan di antaranya, kemuhammadiyahan, pengenalan bumbu rempah, UUD HW, janji HW, sandi morse, hingga smaphore.
Kepala Smamda Astajab SPd MM dalam sambutan pembukaan mengatakan kegiatan HW Blok Kelas X berjalan kondusif dengan adanya tim HW yang sudah dipersiapkan sedemikian rupa. “Hizbul Wathan ini menjadi salah satu gerakan kepanduan yang ada di Indonesia. HW merupakan salah satu organisasi otonom di lingkungan persyarikatan Muhammadiyah,” ujarnya.
Kegiatan ini, lanjutnya, tentu saja berasaskan Islam. Diharapkan bisa menyiapkan dan membina pemuda agar memiliki akidah, mental dan fisik, berilmu dan berteknologi serta berakhlak karimah. “Semoga kegiatan ini mampu mewujudkan pribadi muslim yang sebenar-benarnya dan siap menjadi kader persyarikatan, umat, dan bangsa,” tambahnya.
Astajab menjelaskan kegiatan HW ini memberikan ketrampilan khusus bagi siswa dalam hal kepanduan. Layaknya kegiatan pramuka, anak-anak dilatih beberapa ketrampilan, seperti bertahan hidup dengan kondisi seadanya, jiwa pemberani, mental tahan banting, kemandirian, jiwa berjuang, kepemimpinan dan masih banyak lagi. “Bagi siswa yang memiliki kecerdasan natural (alam), maka akan tepat sekali mereka terlibat di ekskul ini,” tuturnya.
Ada pula empat sifat dari HW, pertama bersifat nasional, artinya ruang lingkup HW meliputi seluruh wilayah Negara Kesatuan Repulik Indonesia. Kedua bersifat terbuka, keanggotaan HW terbuka untuk seluruh lapisan masyarakat, tanpa membedakan gender, usia, profesi, atau latar belakang pendidikan.
Penggolongan keanggotaan HW menurut usia hanyalah untuk membedakan status sebagai peserta didik atau anggota dewasa (pembina). Ketiga bersifat sukarela, dasar seseorang menjadi anggota HW adalah suka dan rela, tanpa paksaan atau tekanan orang lain.
“Keempat tidak berorientasi pada partai politik, artinya secara organisatoris HW tidak berafiliasi kepada salah satu partai politik dan HW tidak melakukan aktivitas politik praktis. Induk organisasi HW adalah Persyarikatan Muhammadiyah.”
Gerakan Pembaruan
Sjamsu Hudaja SAg, dalam materi Kemuhammadiyahan mengingatkan Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid atau pembaruan. “Muhammadiyah memiliki karakter pada pemurnian ajaran Islam dan pengembangan. Dengan memadukan kedua hal tersebut dalam gerakannya sehingga menampilkan Islam yang berkemajuan secara mendasar dan meluas, sehingga menunjukkan keseimbangan,” jelasnya.
Dia memaparkan Muhammadiyah adalah persyarikatan gerakan Islam. Maksudnya adalah gerakan dakwah, amar makruf, nahi munkar, dan tajdid. Figur pemimpin Muhammadiyah sejak Kiai Haji Ahmad Dahlan dan generasi penerusnya datang dan pergi sesuai sunnatullah. Namun Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang berjalan secara organisasi terus tumbuh, mekar, dan berkembang hingga saat ini dan insyaAllah akan terus bertahan sampai ke depan yang jauh.
Identitas Muhammadiyah
Sjamsu juga turut mengingatkan begitu pentingnya peranan sebuah gerakan atau harakah. Maka secara tegas identitas seorang pandu HW adalah sebagaimana identitas Muhammadiyah.
“Mulai dari pandu HW bergerak atas dasar nilai-nilai Islam, bergerak untuk dakwah (menyeru) amar ma’ruf Nahi Munkar, dan bergerak untuk mengadakan pembaharuan (tajdid) dalam segala aspek kehidupan (Muamalah),” tandasnya. (*)
Co-Editor Ichwan Arif
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.