Rayzan Rahmananda, siswa SMA Muhammadiyah 2 Surabaya (Smamda), meraih juara 1 English Speech Contest tingkat Provinsi Jawa Timur yang diselenggarakan Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Rabu (20/3/2019).
Anggota ekstrakurikuler English Conversation Club (ECC) itu menceritakan, ia beradu pidato dengan 19 peserta lain yang berasal dari Surabaya, Gresik, Madiun, Jember, Ponorogo dan lainnya.
Siswa kelas X MIPA 1 ini menjelaskan, isi pidatonya berbeda dengan materi yang dibawakan peserta lain. Kompetisi bahasa Inggris bertema The Agent of Change for Indonesia Future ini dia mengupas kultur Indonesia bisa bertahan di dunia saat ini.
”Contohnya pertunjukkan wayang kulit yang semakin memudar. Tak banyak generasi milenial sekarang tahu tokoh wayang. Apalagi pertunjukan wayang kulit hanya digelar pada event tertentu,” kata Rere, sapaan akrab Rayzan.
Selain itu, putra ketiga dari pasangan Pipin Diah Larasati dan Choliq Qunnasich juga menyampaikan pudarnya budaya senyum, ramah, sopan santun yang tengah melanda generasi zaman now.
”Persiapan latihan tidak terlalu lama. Sekitar dua minggu. Karena bersamaan dengan persiapan Penilaian Harian Bersama (PHB),” terang Rere yang pernah menjadi juara 2 story telling ME Confest 2018.
Ia mengaku tertantang menyiapkan dua topik pidato itu. Bersyukur bisa melakoninya dengan baik. Hal inilah yang membuat fans berat Tere Liye ini dinobatkan sebagai first winner. Posisi first runner up diduduki siswa SMKN 1 Surabaya. Second runner up siswa dari SMAN 21 Surabaya dan third runner up siswa dari MA Nuris Jember.
Kemenangan membuat bangga orang tua Rere dan seluruh warga Smamda termasuk Alif Salman Alfarisi, alumnus Smamda 2018 yang menjadi pelatih Rere sebelum lomba.
”Alhamdulillah, saya ikut senang dan bangga. Tongkat estafet juara English Speech Competition dilanjutkan Rere dengan baik,” ungkapnya.
Menurut Alif, Rere mempunyai sifat pembawaan santaI, easy going, tetapi pada saat latihan selalu memperhatikan arahan, saran dan kritik darinya. ”Kemampuan bahasa Inggris Rere sangat bagus, meskipun begitu dia tetap humble. Dia fast learner juga. Cepat menangkap materi yang saya sampaikan,” tuturnya.
Dia berharap lebih banyak siswa Smamda yang berhasil menjuarai kompetisi bahasa Inggris. ”Syaratnya jadi juara ada dua. Rajin latihan pada kegiatan ECC dan banyak berdoa,” ujarnya. (Tanti Puspitorini)