Prestasi berskala nasional kembali ditorehkan oleh pelajar SMA Muhammadiyah 2 Surabaya (Smamda). Tiga siswi dari kelas 12.5, yaitu Alice Amalia, Aghniya Fidelia, dan Salwa Mushofiah Aulia, berhasil menyabet juara 1 pada ajang Kompetisi Karya Tulis Ilmiah Dies Natalis Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) dengan tema “Penanggulangan TBC di Indonesia”.
Ketiganya terlihat semringah mendengar tim mereka disebut sebagai pemenang juara 1 pada Ahad (15/12/2024).
“Saya sangat kaget, terharu, bahagia campur aduk ketika mendengar nama saya disebut,” ungkap Alice Amalia sebagai ketua tim.
Salwa dan Aghniya pun sangat bersyukur. “Alhamdulillah, kami sangat bersyukur dan senang mendapat juara 1,” ucap keduanya.
Persiapan Matang di Tengah Keterbatasan Waktu
Kemenangan ini tidak didapat dengan mudah. Persiapan yang matang menjadi kunci keberhasilan mereka. Dalam rentang waktu yang cukup singkat, mereka harus menyelesaikan laporan karya tulis ilmiah.
“Persiapan kami sangat banyak, kami harus mengorbankan waktu bermain bahkan waktu tidur untuk mengerjakan ini mulai dari awal bulan November,” terang Alice.
Meski berada di kelas 12 dengan beban tugas yang lebih banyak, mereka tetap fokus menyelesaikan laporan tersebut.
“Dengan banyaknya tugas dan ujian, kami tetap menyempatkan waktu di sekolah untuk mengerjakan laporan karya tulis ilmiah ini,” tambahnya.
Inovasi Memanfaatkan Ekstrak Pepaya Jantan
Mereka membuat inovasi berupa membran dengan ekstrak daun pepaya jantan sebagai filter udara antibakteri untuk mencegah penularan penyakit TBC. Awalnya, mereka berencana membuat obat untuk TBC, tetapi keterbatasan waktu membuat mereka berfokus pada pencegahan penyebaran penyakit ini.
“Mengingat penyebaran TBC melalui udara yang lebih cepat, kami membuat ide inovasi berupa membran dengan ekstrak daun pepaya jantan, yang dapat digunakan sebagai filter udara,” jelas Alice.
Ide inovasi ini membawa mereka lolos ke babak final. Sorak sorai ketiganya menggema di ruang kelas 12.5 setelah membaca pengumuman peserta yang lolos final.
“Yeyy, alhamdulillah horee lolos masuk babak final,” sorak Salwa dan Alice. Aghniya, yang akrab dipanggil Fifi, terharu mendengar kabar tersebut. “Wah alhamdulillah lolos final,” ucapnya.
Pada babak final, hanya diambil 10 besar dari total 90 tim peserta. Dengan waktu persiapan hanya tiga hari, mereka menyiapkan presentasi dengan latihan intensif hingga malam. “Kami latihan presentasi selama dua hari hingga malam, sampai menginap di rumah saya. Lalu Alice bangun jam 3 dini hari untuk review. Paginya langsung berangkat ke Unair,” ungkap Aghniya.
Aghniya dan Salwa mengalami momen menarik saat babak final. Ruangan presentasi mereka ternyata sama dengan ruangan yang mereka gunakan saat mengikuti Medspin, olimpiade yang diselenggarakan Unair tahun sebelumnya.
“Kami presentasinya di ruang propadeus, dan saya sama Salwa ikut Medspin tahun lalu di ruangan yang sama. Jadi, berasa seperti deja vu,” ujar Aghniya.
Dukungan dari Berbagai Pihak
Perjuangan keras mereka terbayar dengan kemenangan. Fatma Karunia, orang tua Alice Amalia, turut memberikan apresiasi. “Perjuangan anak-anak sangat luar biasa. Mereka menuai banyak pujian dari juri saat presentasi babak final,” ujarnya.
Kemenangan ini semakin memotivasi ketiganya yang bercita-cita menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Unair. “Tentunya sangat senang dan terharu bisa diberi kesempatan menang, apalagi di lomba yang penyelenggaranya Unair,” ucap Alice yang berkeinginan jadi mahasiswa FK Unair.
Mereka berharap mendapat dukungan lebih untuk melanjutkan karya-karya ilmiah di masa depan. “Kami berharap selalu didukung agar bisa mengukir lebih banyak prestasi,” pungkas ketiganya.
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.