“Beradaptasi menghadapi tekanan emosional sangat penting untuk dilakukan,” ujar Fery Diana Susanti SPsi Psikolog, yang juga merupakan wali murid di SMA Muhammadiyah 2 Surabaya (Smamda).
Fery menjadi pembicara dalam kegiatan OTM (Orang Tua Mengajar) pada Selasa (19/11/2024). Acara yang berlangsung di lantai 2 Smamda Tower tersebut diikuti oleh seluruh siswa kelas 10.2 dan 10.9.
Dengan mengangkat tema utama “Coping Stress for Teens”, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan wawasan baru kepada siswa agar lebih pandai mengelola emosi. Menurut Fery, stres memiliki beragam definisi.
“Ada banyak pendapat dari para ahli tentang stres. Stres biasa kita sebut dengan big emotion, seperti perasaan takut, cemas, pusing, tangan gemetar, dan dingin. Masih banyak definisi lain tentang stres,” jelasnya.
Coping Stress: Positif vs Negatif
Sebagai psikolog dan ibu, Fery menekankan pentingnya kemampuan remaja untuk beradaptasi dalam menghadapi tekanan emosional. “Misalnya, banyak anak yang memakai narkoba atau melakukan hal buruk lainnya sebagai bentuk coping negatif. Coping sendiri terbagi menjadi dua, yaitu positif dan negatif,” terangnya.
Dalam kesempatan tersebut, Fery menjelaskan lebih lanjut tentang pengertian coping. “Coping bisa diartikan sebagai bentuk pemikiran dan perilaku yang diaktifkan untuk mengelola situasi stres, baik yang berasal dari dalam diri maupun dari luar,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa istilah coping biasanya merujuk pada tindakan sadar dan sukarela untuk mengurangi atau menoleransi stres. Hal ini berbeda dengan mekanisme pertahanan, yang merupakan respons adaptif bawah sadar.
“Ketika seseorang menghadapi pemicu stres, ada berbagai cara yang digunakan untuk mengatasinya. Inilah yang disebut sebagai gaya coping,” ujarnya. Gaya coping biasanya konsisten sepanjang waktu dan lintas situasi. Secara umum, coping terbagi menjadi dua: coping positif dan coping negatif.
Pengaruh Lingkungan terhadap Emosi Remaja
Fery juga menyoroti pentingnya dukungan dari lingkungan sekitar dalam pengelolaan emosi. “Pada usia remaja, circle atau lingkungan pergaulan sangat berpengaruh besar terhadap kehidupan. Jika circle-nya positif, maka yang lain pasti akan mengikuti,” imbuhnya.
Ia menjelaskan bahwa masa remaja adalah fase penting dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia. “Pada masa ini, remaja berada di transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Namun, mereka belum sepenuhnya dewasa, baik secara emosional maupun psikologis,” tambahnya.
Menulis sebagai Cara Efektif Mengelola Emosi
Dalam pengelolaan emosi, Fery menjelaskan bahwa ada banyak cara yang bisa dilakukan. Namun, ia menekankan salah satu metode yang efektif.
“Salah satu cara pengelolaan emosi yang baik adalah dengan menulis. Sediakan buku khusus atau jurnal untuk menuliskan perasaan. Bahkan, ini akan tetap bermanfaat hingga tua nanti,” jelasnya.
Kegiatan ini memberikan wawasan baru dan membekali siswa dengan keterampilan penting untuk menghadapi berbagai tantangan emosional di usia remaja.
(Fibrina Aquatika/AS)