Smamda – Iktikaf guru dan karyawan SMA Muhammadiyah 2 Surabaya, Selasa (4/5) hingga Rabu (5/5), atau bertepatan dengan 23 Ramadhan 1442H di Masjid Nurul Ilmi Smamda Surabaya. Kurang lebih 130 orang guru dan karyawan mengikuti kegiatan ini. Dengan rincian, 80 orang guru dan 50 orang karyawan.
Menurut Ustadz Sulaiman, wakil kepala SMA Muhammadiyah 2 Surabaya bidang Ismuba, kegiatan iktikaf ini meningkatkan rasa ukhuwah dan kesadaran berjamaah. ”Ibadah itu penting, iktikaf juga sangat penting, namun jauh lebih penting lagi adalah melaksanakan semua ibadah itu dengan berjamaah. Harapannya, kebersamaan bisa terjaga bahkan ketika kita berada di luar Ramadhan,” ujarnya.
Kegiatan iktikaf guru dan karyawan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Kepala Smamda Ustadz Astajab menjelaskan, setiap jamaah harus menggunakan masker, menjaga jarak, serta memastikan kebersihan diri sebelum memasuki masjid.
Salah satu kegiatan iktikaf guru dan karyawan Smamda Surabaya adalah kajian iktikaf yang dilaksanakan pada pukul 21.00 hingga selesai. Kajian diisi oleh Ustadz Prof Dr Thohir Luth MA yang merupakan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur dan guru besar Universitas Brawijaya.
Ustadz Thohir menekankan pada kiprah, kinerja, dan komitmen kader Muhammadiyah dalam menjalankan amal usaha Muhammadiyah (AUM). Sebelum menjadi operator AUM, kader Muhammadiyah harus baik dalam tiga aspek. ”Pertama, harus baik dalam aspek kepribadian. Kedua, baik dalam memimpin keluarga. Ketiga, harus baik dalam segi profesionalitas dan loyalitas terhadap lembaga,” terangnya.
Dari aspek pribadi, kader Muhammadiyah harus menjadi sosok yang dapat diteladani oleh orang sekitar. ”Misalkan, seorang kader Muhammadiyah bisa diteladani dari bagaimana totalitasnya untuk berdakwah dan bagaimana ketaatannya terhadap syariat Islam,” jelas Ustadz Thohir.
Selanjutnya, dari aspek memimpin keluarga, Ustadz Thohir menjelaskan, setiap kader Muhammadiyah punya tanggungjawab untuk berdakwah di lingkup dalam rumahnya. ”Kaderisasi harus terus jalan di dalam lingkup keluarga,” tegasnya.
Terakhir, aspek profesionalitas dan loyalitas harus menjadi perhatian. Di aspek ini, tuntutan kader Muhammadiyah lebih besar. ”Harus berkompeten, namun kompeten saja tidak cukup. Harus bisa amanah, jujur, komitmen, dan dua hal lagi yang lebih penting, yakni tidak lupa akan tugas dakwah di manapun berada, dan berkomitmen tidak memanfaatkan AUM untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu,” tandasnya.
Di akhir kajian, Ustadz Thohir berpesan kepada guru dan karyawan Smamda untuk lebih Muhammadiyah daripada sebelumnya. ”Smanda Surabaya adalah salah satu AUM terbesar di Jawa Timur. Guru dan karyawan yang mengabdi di dalamnya tidak boleh sekadar guru karyawan di Muhammadiyah, tapi harus berubah menjadi guru dan karyawan Muhammadiyah,” tuturnya. (*)
Penulis Muhammad Zarkasi
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.