Ini Batas Akhir Pendaftaran Sekolah Pelaksana Kurikulum Merdeka

Smamda – Pendaftaran sekolah pelaksana Kurikulum Merdeka paling lambat 31 Maret 2022. Hal itu diungkapkan Koordinator Pengembangan Kurikulum Pusat dan Pembelajaran, BSKAP, Kemdikbudristek, Dr Yogi Anggraena MSi.  Dia menyampaikan informasi tersebut kepada peserta Seminar Pendidikan dengan tema “Tantangan Sekolah Menghadapi Transformasi Pendidikan”.

SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya menggelar seminar ini di Hotel Ibis Style Jemursari Surabaya, Rabu (23/2/2022). Seminar dihadiri 80 kepala/wakil kepala SMP/MTsN negeri dan swasta dari Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik. Kepala Smamda Surabaya Astajab SPd MM mengatakan, dalam sambutannya, seminar ini digelar dalam rangka bentuk syukur atas capaian peserta didik yang terus meningkat dan berkualitas.

Bebas Memilih Jenis Kurikulum

Yogi Anggraena menjelaskan, dalam pemulihan pembelajaran karena adanya pandemi, sekolah diberikan kebebasan menentukan kurikulum yang akan dipilih. Hal tersebut didasarkan pada Kepmendikbudristek No. 56 Tahun 2022. “Apakah Kurikulum 2013 secara penuh, Kurikulum Darurat yaitu Kurikulum 2013 yang disederhanakan, atau Kurikulum Merdeka”, ungkapnya.

Tidak ada seleksi khusus untuk sekolah pelaksana Kurikulum Merdeka. Apabila siap, sekolah bisa langsung mendaftar pada website kurikulum.kemdikbud.go.id, pilih Kurikulum Merdeka, tinggal klik, dan ikuti alur. Mengapa jarak batas akhir pendaftaran sangat lama dengan tahun ajaran baru? Menurut Yogi Anggraena, hal tersebut dimaksudkan, agar sekolah bersama semua komponenya cukup waktu untuk mempelajari Kurikulum Merdeka dengan melakukan pelatihan-pelatihan secara mandiri.

Setelah ditetapkan menjadi pelaksana Kurikulum Merdeka, sekolah harus menyesuaikan dapodik (data pokok pendidikan). Hal tersebut dikarenakan adanya perubahan beberapa mata pelajaran, sehingga dapodik perlu disesuaikan.

“Jangan sampai sudah mendaftar, namun dapodik belum disesuaikan,” ujarnya. Kemudian kurikulum diterapkan pada tahun ajaran 2022-2023 pada kelas awal, yaitu kelas I dan IV pada jenjang SD, kelas VII pada jenjang SMP, dan kelas Xpada jenjang SMA.

Tahun ajaran berikutnya bisa diterapkan juga pada kelas II, V, VIII, XI pada tahun berikutnya. Sehingga setelah pelaksanaan Kurikulum Merdeka selama dua tahun, penerapan dilakukan pada semua jenjang kelas.

Pada kesempatan tersebut Yogi menjelaskan, ada tiga karakteristik utama Kurikulum Merdeka yang mendukung pemulihan pembelajaran.

Dia menjelaskan, proyek yang kita lakukan alokasinya cukup banyak. Bagaimana caranya? Dengan cara memotong alokasi waktu setiap mata pelajaran sebanyak 30 persen, rata-rata sekitar 1 jam pelajaran. Pemotongan waktu tadi diakumulasikan waktunya. Lalu projek dilakukan untuk mengembangkan karakter.

Kedua, fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi. “Ketiga, fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan murid (teach at the right level) dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal,” jelasnya.

Peserta Senang

Seminar yang diselenggarakan selama tiga setengah jam ini mendapat apresiasi yang baik dari peserta. Mereka menyimak dengan baik dan setia mengikuti acara selesai.

Salah satu peserta Kepala SMP Muhammadiyah 10 Surabaya Fatoni SPd mengatakan, materi yang disampaikan sangat membuka wawasan. “Karena materi ini termasuk baru, belum banyak guru yang mengerti. Paling tidak dengan mengikuti Seminar Pendidikan ini sedikit membuka wawasan,” ujarnya.

Begitupun Waka Kesiswaan MTsN 1 Sedati Ahmad Haris SPd MPdI. Dia menyampaikan, acara seminar ini sangat bermanfaat. “Saya merasa senang karena keingintahuan saya mengenai kebijakan terkini tentang Merdeka Belajar terjawab.

“Terima kasih SMA Muhammadiyah 2 Surabaya, telah mengundang kami di acara yang cukup informatif ini,” ucapnya. Dia berharap semoga ke depan ada seminar lagi yang sesuai dengan kondisi terkini yang dibutuhkan oleh sekolah. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni

Author:

I Am the Admin