Kamis (15/3/2018) adalah hari terakhir Franziska Bernlochner, guru asal Jerman yang mengajar di SMA Muhammadiyah 2 Surabaya (SMAMDA). Kurang lebih satu setengah bulan ia mengajar di SMAMDA. Mulai 5 Februari hingga 15 Maret 2018.
“Today is my last day to be here,” ujar gadis 23 tahun ini. Ia merasa waktu berjalan sangat cepat, padahal ia ingin lebih banyak belajar budaya, agama, dan kebiasaan hidup orang Indonesia. Di sekolah ini dia mengajar Matematika, Fisika dan bahasa Inggris conversation.
Tepat pukul 10.00, di ruang pertemuan lantai 4, acara farewell party digelar. “Acara perpisahan ini, diselenggarakan khusus untuk Franziska,” ungkap Astajab S Pd MM, kepala SMAMDA. Ia mengucapkan terima kasih kepada Franzi atas kesediaanya mengajar di sekolah ini.
Ia mengatakan, silaturrahim dengan Franzi tidak boleh berhenti sampai sini, harus terus berlanjut. Jika nanti Franzi kembali ke Surabaya, Franzi bisa singgah ke sini.
Sekitar 30 siswa ikut hadir dalam acara perpisahan ini. Mereka perwakilan dari kelas yang diajar Franzi. Ada 13 kelas yaitu kelas X MIPA 1, X MIPA 2, X MIPA 3, X MIPA 6, X MIPA 8, X IBB, XI MIPA 1, XI MIPA 2, XI MIPA 3, XI MIPA 4, XI MIPA 7, XI MIPA 8 dan XI IPS 2. Memang tidak semua kelas mendapat kesempatan belajar dengan Franzi, karena waktu yang tidak mencukupi. Cara mengajar Franzi juga disukai siswa.
“Miss Franzi ngajarnya enak, bisa dipahami,” ungkap Tarissa Diandra kelas X MIPA 3. “Selain itu Miss Franzi sangat telaten kalau mengajar, saya bertanya berkali -kali dijawab, dan selalu tersenyum,” imbuhnya. Ia mengaku termotivasi untuk melanjutkan studi ke Jerman karena Franzi.
Franzi memang membuat warga SMAMDA jatuh hati padanya. Tak hanya paras yang menawan tetapi kesopanan, kemandirian dan kepandaiannya membuat orang simpati kepadanya.
Koordinator Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sains Yuli Mulyanah MPd menuturkan, Franzi sosok yang luar biasa. Ia cepat beradaptasi dengan kondisi sekeliling, mau belajar hal baru, dan sangat mandiri.
“Ia juga dermawan, ketika kita beri kue maka keesokan harinya dia ganti membelikan kue,” ungkap Yuli. “Hal ini mungkin tidak semua orang berbuat seperti ini, ” tambahnya. Setiap hari, Yuli berdiskusi dengan Franzi terkait materi mata pelajaran matematika.
Saat tiba Franzi memberikan pidato, berkali-kali mengucapkan terima kasih atas sambutan dan pelayanan SMAMDA yang luar biasa untuknya. “This is the greatest time in my life that I will never forget,” ungkapnya.
Dia tidak akan melupakan momen kebersamaan bersama siswa, guru,karyawan. Ia sangat terkesan dengan keramahan dan perhatian semuanya. “I am impressed with the people’s hospitality, teachers always ask me if I need help, if I want to be accompanied by someone to go some where,” paparnya.
Ia mengaku tidak pernah menjumpai hal seperti ini di Jerman. Di negaranya tidak ada orang yang begitu perhatian kepadanya seperti di SMAMDA. Ia sangat senang mengajar di sini karena bisa belajar kebudayaan, agama, dan toleransi.
Di Jerman, pada saat pembelajaran, guru banyak berbicara di depan kelas, tak banyak interaksi dengan siswa. Di SMAMDA siswa sangat aktif, banyak bertanya dan dekat dengan guru. Di akhir sambutannya ia berpesan untuk lebih percaya diri dalam mengungkapkan pendapat, rajin belajar dan selalu bersemangat. Ia juga memotivasi siswa untuk melanjutkan studi keluar negeri, terutama di Jerman.
“I am waiting for your coming guys, in Germany, ” ungkapnya. ”If you want to study, have vacation in Germany, you can contact me, I will help you then,” tandasnya.
Jumat (16/3/2018) pukul 16.00, ia menuju ke Yogyakarta bersama Sabrina Holl dan Catherine, sesama AIESEC Exchange Participant yang juga berasal dari Jerman. Baru Ahad, ia bertolak ke Jakarta berlanjut ke Jerman. Have a nice trip, Franzi. (Puspitorini)