Smamda – Motivator dan wirausaha sosial dr Gamal Albinsaid mengungkapkan, uang itu membahagiakan hanya sampai titik tertentu. Seseorang butuh lebih dari uang. Enam hal inilah yang dibutuhkan lebih dari sekadar uang.
Hal itu dia sampaikan dalam Talkshow Smamda Edufair 2019 bertajuk Determine Your Goals Grab Your Future Success yang berlangsung di Balai Pemuda Convention Hall Surabaya, Sabtu (5/10/19).
Gamal menjelaskan enam hal yang nilainya lebih dari uang itu, pertama, sincerity and sacrifies atau keikhlasan dan pengorbanan.
“Banyak orang yang bekerja dengan otak dan otot tapi ia lupa mengajak hatinya untuk bekerja. Banyak orang memulai pekerjaan dengan niat yang ikhlas, tapi tidak banyak yang bertahan dengan keihlasan,” katanya.
“Ada orang usahanya luar biasa sampai meninggalkan ibadah tapi keberhasilan tidak mendekat meski hanya sejengkal. Ada orang usahanya cukup maksimal tapi hasilnya luar biasa. Jadi ikhtiar itu hanya prasyarat. Jangan mikir kerja keras tapi juga jangan memberhalakan ikhtiar,” tandas dokter lulusan Universitas Brawijaya Malang ini.
Kedua, visioner. Gamal mengajak para hadirin memiliki visi untuk 30 tahun, 40 tahun kemudian. “Kita mungkin punya cita-cita tapi pertanyaannya berapa cepat kita mencapainya. Jadi tentukan apa yang ingin kita capai lalu kerahkan waktu tenaga kita. Pikiran kita untuk mencapainya dalam waktu sesingkat-singkatnya,” ungkapnya.
Namun, tidak ada cara sukses yang instan. “Kamu harus naik tangga mau soro. Tidak ada keberhasilan tanpa kepayahan. Nikmatilah tantangan karena di sana ada ketangguhan,” kata laki-laki yang pernah mendapat apresiasi dari Presiden Vladmir Putin di World Festival of Youth and Students ke-19 di Rusia ini.
Ketiga, commitment. Dalam menjalani hidup harus mempunyai tujuan. “Saya punya seseorang yang tidak mau saya kecewakan, betapa banyak di ruangan ini kita menyaksikan orang tua kita melupakan mimpinya membiarkan dunia berlalu tanpa kesenangan agar anak-anaknya bisa belajar lebih baik, bekerja lebih baik, dan bisa bermanfaat untuk banyak orang namun betapa banyak kita melupakan itu dan membiarkan waktu berlalu tanpa keinginan sedikitpun untuk membahagiakan orang tua,” tegasnya.
Keempat, produktif. Gamal meminta untuk menumbuhkan rasa bersalah ketika melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat karena masa depan ditentukan bagaimana cara seseorang menghabiskan waktu setiap hari.
“Sebuah keberhasilan tidak memandang background, tidak peduli kita dari desa atau kota tapi lebih kepada kapasitas dan kualitas diri kita.”
Selanjutnya, tawazun atau seimbang, harmoni. Bagi Gamal, banyak orang kariernya berhasil namun seringkali tidak ada waktu untuk keluarga. Dirinya mengambil contoh sosok BJ Habibie, presiden ke-3 Indonesia.
“Beliau bilang kalau disuruh memilih antara Iptek dan Imtaq mungkin Imtaq yang lebih dipilih, tapi kalau boleh memilih dua-duanya maka akan memilih dua-duanya. Beliau juga sosok yang luar biasa, mampu membangun harmoni antara jiwa pengabdian dan keluarganya,” ceritanya.
Terakhir, dia menerangkan, seseorang membutuhkan sesuatu yang bermakna, meaning. “Buat apa dipuja-puja di dunia tapi dilebur di akhirat. Betapa banyak di antara kita yang mengerjakan sesuatu yang kini disesali oleh penghuni kubur.”
Dia bercerita tentang sosok KH Ahmad Dahlan yang rela menawarkan perabot rumahnya untuk menggaji guru, karyawan, dan membiayai sekolah Muhammadiyah. “Jadi mulai sekarang pikirkan bagaimana kita bisa membuat amal-amal yang melampaui usia kita,” pesannya. (*)
Penulis Masitha Gemilang Editor Sugeng Purwanto