Hari kemerdekaan Indonesia dimaknai dengan cara yang berbeda oleh siswa SMA Muhammadiyah 2 Surabaya (Smamda) yang tergabung dalam organisasi Internasional Award For Young People (IAYP).
Organisasi ini merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler Smamda. Mereka memaknainya dengan menyelenggarakan bakti sosial di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pondok Sosial (Ponsos) Surabaya di Villa Kalijudan, Jumat (17/8/2018).
Tahun sebelumnya mereka mengadakan lomba Agustusan di kampung pemulung Keputih, kali ini mereka berbagi kebahagiaan dan semangat kepada para Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang dirawat oleh Pemerintahan Kota (Pemkot) di Ponsos Kalijudan.
Ada 50 orang yang berumur 7-25 tahun yang menderita tunagrahita, tunawicara, tunarungu, autis, dan down syndrome di tempat ini yang butuh perhatian.
Ira, pembina Ponsos menjelaskan, mereka diambil dari hasil razia Satpol Pamong Praja (PP). Mereka hidup di jalanan menjadi pengemis dan gelandangan. “Kami rawat mereka, kami namai mereka. Kegiatan mereka sama seperti orang-orang pada umumnya. Mereka sangat mandiri,” tuturnya.
Antusias mereka tinggi ketika acara dimulai. Mereka memberikan nyanyian selamat datang kepada anak-anak IAYP. Mereka juga bisa berkomunikasi dengan baik. Siti, salah satu anak yang menderita tunagrahita mengungkapkan kegembiraannya. “Senang ada kakak-kakak di sini, sering main sini ya,” katanya.
Ada keseruan yang terjadi ketika siswa berinteraksi dengan penghuni Ponsos. Saat Pink Panther, maskot Smamda yang berwarna pink, masuk ke aula, anak-anak panti sontak berdiri dan menyambut dengan gembira, ada yang memeluk Pink Panther, ada yang memainkan ekornya, mengajaknya highfive.
Tidak hanya itu saja, ketika anak-anak Ponsos diminta bernyanyi, mereka bernyanyi terus walau hanya diminta satu lagu. Hebatnya lagi di antara mereka ada yang bisa bermain gitar, drum, piano sampai rebana.
Acara yang bertema Agustus Ceria sebagai bentuk kepedulian dan interaksi dengan anak berkebutuhan khusus. Kegiatan Agustusan di sini diisi dengan lomba-lomba seperti menggambar, menyanyi, kuis tentang hewan-hewan.
Azelia Putri kelas XI MIPA 3, ketua pelaksana, mengatakan, kegiatan tersebut sangat bermanfaat memberikan sentuhan kasih sayang antara sesama. “Kegiatan ini ngasih tantangan baru karena belum pernah berinterksi dengan anak berkebutuhan khusus. Kami bersyukur sekali,” katanya.
“Malah kami merasa bukan kami yang memberikan inspirasi atau motivasi, malah mereka yang memberikaninspirasi. Mereka tidak ada rasa mengeluh,” tambahnya.
IAYP merupakan organisasi untuk membentuk karakter anak muda agar lebih peduli kepada lingkungan sekitarnya. (Masitha/Tanti)